Pemimpin dan Narapidana
Pada
suatu hari ada seorang pemimpin yang ingin
memeriksa keadaan penjara di daerahnya. Maka, masuklah ia ke sebuah penjara
yang besar yang di dalamnya terdapat banyak
sekali narapidana. Berjalanlah pemimpin itu untuk
mengitari sekitar lingkungan penjara dan bermaksud ingin menanyakan hal-hal apa
saja yang pernah dilakukan oleh para tahanan sehingga mereka ditahan disini.
Lalu
dari jauh ia melihat seorang pemuda yang menampakkan wajahnya, terlihat dari
wajah pemuda itu bahwa ia seorang pemuda yang pintar. Lalu pemimpin itu pun
menghampirinya dan berkata padanya,” Apa yang telah kamu perbuat sehingga kamu
mendapatkan hukuman ini?”, lalu pemuda itu pun menjawab,” Tuan, sesungguhnya
saya terbebas dari semua tuduhan yang orang-orang
tuduhkan pada saya, maka bebaskanlah saya sesungguhnya Allah akan mamberikan
kebaikan kepadamu”.
Lalu
pemimpin itu pun berlalu darinya dan bertanya dengan pertanyaan yang sama ke
orang kedua, ketiga, dan keempat yang ia temui, tapi tetap saja jawaban mereka
tidak berbeda masih memiliki makna yang sama
dengan jawaban orang yang pertama dan semuanya meminta untuk dibebaskan.
Tiba-tiba pandangan pemimpin itu pun jatuh pada seorang lelaki tua yang
terlihat memojok di ujung
penjara supaya tidak ada satu orang pun yang dapat melihatnya. Lalu mendekatlah
pemimpin itu kepadanya dan bertanya,” Apa yang telah kamu perbuat sehingga kamu
dihukum di penjara ini?”, lalu lelaki itu pun menjawab,” Tuan, sesungguhnya
saya telah datang ke tempat ini dengan dosa yang besar, saat setan
mempermainkan akal saya dan menghiasinya dengan rasa cinta pada kekayaan meski dengan
kekayaan yang sebenarnya bukan hak
saya. Maka terlibatlah saya dalam sebuah pencurian dan tertangkaplah saya oleh polisi-polisi
anda kemudian hakimlah yang menghukum saya dengan hukuman
yang Tuan lihat sekarang ini”
Setelah
itu, seketika pemimpin tersebut pun
memalingkan wajahnya ke semua tahanan yang ada di penjara itu dan berkata,”Betapa
hinanya andai saja seorang yang keji ini tinggal diantara sekumpulan orang yang mulia, maka saya akan memisahkannya dan mengeluarkannya dari
antara orang-orang yang mulia ini agar
tidak menularinya”.
Lalu
saat itu juga ia berkata kepada kedua pengawalnya, “Sesungguhnya pengakuan
terhadap dosa itu adalah bukti bahwa seseorang tidak akan kembali kepada
kesalahannya dan pengingkaran
terhadap dosa itu adalah bukti bahwa seseorang akan mengulangi kesalahannya serta menganggap baik kesalahannya tersebut”.
Sahabat, dari kisah di atas apabila kita telaah kembali pemimpin
tersebut menyadari dari sekian banyak narapidana yang ia temui dan ia bertanya
kepadanya bahwa setiap dari mereka tidak menyadari dan tidak mengakui perbuatan
yang telah menyebabkan masuknya mereka ke dalam penjara. Para narapidana masih
memandang bahwa diri mereka mulia sehingga mereka meminta untuk segera dikeluarkan
dari dalam penjara sedangkan narapidana terakhir yang ditemui oleh pemimpin
dengan sangat menyesal dan malu mengakui kesalahannya saat pemimpin tersebut
menanyainya sehingga pemimpin tersebut secara langsung membebaskannya.
Sahabat, mengakui kesalahan yang pernah dibuat bukanlah
suatu hal yang buruk karena itu merupakan tanda bahwa kita telah menyesal dan
bertaubat dari kesalahan yang pernah kita lakukan. Oleh karena itu, tak perlu takut
untuk mengakui kekurangan dan kesalahan yang pernah kita perbuat karena darinya
kita dapat belajar untuk menjadi lebih baik.
Komentar
Posting Komentar